Armand Maulana Ungkap Minimnya Transparansi LMK, Pernah Terima Royalti Rp160 Ribu Setahun


Hasanah.id – Vokalis GIGI, Armand Maulana, mengaku pernah hanya menerima royalti performing rights sebesar Rp160 ribu dalam satu tahun dari Lembaga Manajemen Kolektif (LMK). Padahal, menurutnya, GIGI tampil lebih dari 100 kali selama periode tersebut.

“Transparansi LMK masih jadi pertanyaan besar. Saya pernah hanya menerima Rp160 ribu selama satu tahun, padahal GIGI manggung lebih dari 100 kali,” ujar Armand.

Senada dengan Armand, Ariel NOAH, Wakil Ketua Vibrasi Suara Indonesia (VISI), juga menyoroti persoalan transparansi dan akuntabilitas LMK dalam mendistribusikan royalti. Meski mengaku haknya sebagai pencipta lagu sejauh ini masih diberikan, Ariel mempertanyakan kejelasan nominal yang ia terima.

“Secara umum sih dapet (royalti), tapi kita nggak tahu itu sudah sesuai atau belum,” ungkap Ariel.

Ia mencontohkan kasus pencipta lagu lain yang hanya menerima Rp200 ribu dalam setahun, namun tidak mengetahui dari mana asal royalti tersebut atau siapa yang menyanyikan lagunya dalam sebuah pertunjukan.

“Kalau ditanya ‘Rp200 ribu ini dari mana? Lagu saya dibawakan siapa?’ Mereka juga nggak tahu. Padahal itu hak mereka untuk tahu,” tambah Ariel.

Tak hanya soal transparansi, Ariel juga mengkritik minimnya sosialisasi LMK kepada para pelaku industri hiburan, termasuk promotor dan penyelenggara acara. Menurutnya, masih banyak promotor yang tidak memahami kewajiban mereka untuk membayar royalti kepada pencipta lagu.

“Banyak promotor yang belum sadar ada kewajiban membayar performing rights. Ketika ditagih, mereka bingung dan bertanya, ‘Hah, itu apaan?’,” kata Ariel.

Ia menambahkan bahwa kurangnya informasi dan sistem pembayaran yang tidak efisien membuat banyak promotor kesulitan memenuhi kewajiban mereka, yang pada akhirnya berdampak pada hak para pencipta lagu.

Baik Armand maupun Ariel sepakat bahwa LMK perlu melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem pengelolaan royalti, termasuk meningkatkan transparansi, efisiensi, dan sosialisasi kepada semua pihak terkait.

“Masalah ini nggak cuma dirasakan pencipta lagu, tapi juga penyanyi, promotor, EO, semua terdampak,” ujar Ariel.

Ia juga menyesalkan bahwa penyanyi kerap dijadikan pihak yang disalahkan dalam polemik royalti, padahal persoalan utamanya terletak pada mekanisme distribusi LMK.

“Yang disayangkan adalah, ketika LMK bermasalah, justru penyanyi yang disalahkan. Seakan jadi kambing hitam,” tutupnya.



Game Center

Game News

Review Film
Rumus Matematika
Anime Batch
Berita Terkini
Berita Terkini
Berita Terkini
Berita Terkini
review anime

Gaming Center